IPNU Kota Mataram Ingatkan Pemerintah : Pendidikan di NTB Gawat Darurat

MATARAM, KanalNTB.co – Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kota Mataram menunjukkan keresahannya terhadap pendidikan yang ada di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). IPNU menilai pendidikan di daerah ini berada dalam zona gawat darurat setelah melihat beberapa kasus yang telah terjadi namun ironisnya pemerintah provinsi belum tanggap dalam menyelesaikannya.
Ketua Pimpinan Cavang IPNU Kota Mataram, Muh. Iskandar Haris, mengatakan bahwasanya sistem pendidikan nasional telah diatur secara lengkap dan jelas dalam konstitusi, akan tetapi belum terimplementasi dengan baik dan secara penuh. Apalagi dalam 3 tahun terakhir ini maraknya pelecehan seksual, bullying dan intoleransi atau yang biasa kita sebut sebagai 3 dosa besar pendidikan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (Permendikbudristek PPKSP) namun kekerasan tersebut masih sangat merajalela terutama di Nusa Tenggara Barat.
“Melihat kondisi pendidikan saat ini kami sebagai pelajar sangat khawatir akan terdegradasinya kualitas pendidikan bahkan boleh kita sebut sedang disorientasi, karena pendidikan saat ini sedang gawat darurat. Karena salah satu yang menunjang kemajuan dan kesejahteraan suatu negara ialah pendidikan, kalau kondisi dunia pendidikan masih seperti ini saya yakin di tahun 2045 Indonesia akan dihadapkan dengan malapetaka besar,” kata pria yang akrab disapa Iskandar, Selasa (14/1/2025).
Maraknya kasus pelecehan seksual, bullying dan intoleransi di kalangan sekolah, pesantren dan kampus, menjadi momok tersendiri di dunia pendidikan NTB saat ini. Sebagai pencetak generasi penerus bangsa sudah menjadi tugas dan wewenang pemerintah untuk dapat membekali pengetahuan akan sebab dan akibat yang dapat dtimbulkan dari adanya tindakan berbahaya tersebut.
“Yang paling kita tidak sangka-sangka ialah pelecehan seksual di lingkungan pondok pesantren, seperti yang kita lihat dan dengar akhir-akhir ini salah satu ponpes di Lombok Tengah, Lombok Barat dan Sumbawa. Saya selaku alumni pesantren sangat sedih sekaligus kesal mendengar tragedi ini,” tambahnya.
Pria lulusan Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB) tersebut menilai kasus kekerasan seksual di Ponpes menjadi salah satu kasus yang pelik, karena menurutnya dunia pesantren adalah dunia yang suci dan dipenuhi oleh orang-orang yang taat kepada perintah Allah SWT serta menjauhi segala larangan-nya dan mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengatasi dan mencegah terjadinya tiga dosa besar pendidikan terutama kekerasan atau pelecehan seksual
“Pihak pemerintah harus segera menangani kasus ini, tentu dengan penanganan yang serius, yang langsung berdampak dan secara kontinyu. Pihak pemerintah juga harus bekerjasama dengan semua elemen masyarakat dan ini menjadi atensi kita bersama terutama kita di PC IPNU Kota Mataram siap bekerjasama sebagai Tim Anti Pelecehan Seksual atau 3 Dosa Besar Pendidikan siap kita tangani,” tutup Iskandar.
Pewarta: Noval
Editor: Hmn